1. Motivasi
individu
Menurut
Sumadi Suryabrata motivasi adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang
yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna tercapainya suatu
tujuan. Sementara Gates dan kawan-kawan mengemukakan bahwa motivasi adalah
kondisi fisiologis dan psikologis dalam diri seseorang yang mengatur tidaknya
dengan cara tertentu (Djali, 2008;101)
Motivasi berprestasi merupakan salah satu faktor yang ikut
menentukan keberhasilan dalam belajar. Besar kecilnya pengaruh tersebut
tergantung intensitasnya. Klausmeier menyatakan bahwa dalam intensitas motivasi
berprestasi ditunjukan dalam berbagai tingkatan prestasi yang dicapai oleh
berbagai individu. Semakin besar motivasi seseorang untuk terus berprestasi,
maka dia akan terus mencoba menggapai pendidikan mereka ke jenjang yang lebih
tinggi (Djali,2008;110)
Bentuk motivasi pendidikan yang terdapat pada individu dapat
kita lihat dari beberapa hal, antara lain :
a.
Keinginan untuk menempuh
pendidikan
Keinginan
untuk menempuh pendidikan merupakan modal awal bagi seseorang untuk terus
menempuh pendidikan. Tidak adanya unsur terpaksa pada anak untuk bersekolah
menjadikan anak menikmati dan mengerti akan pentingnya pendidikan yang
dijalaninya. Manusia pada dasarnya memiliki keinginan untuk memperoleh
kompetensi dari lingkungannya, sehingga akan muncul suatu rasa percaya diri
untuk menggapai kompetensi yang ingin di gapai (Rifa’I, 2010:168)
b.
Cita – cita
Hal
yang dapat menjadi motivasi dan tujuan seorang anak menjalani jenjang
pendidikan mereka adalah karena adanya cita-cita yang ingin mereka raih.
Cita-cita yang terdapat pada anak akan memberikan gambaran bagi mereka jalan
mana yang harus mereka tempuh untuk dapat mewujudkannya, dan salah satu
jalannya adalah dengan menempuh pendidikan. Hal ini ditegaskan oleh Achmad
Rifa,i (2010:158) bahwa salah satu motif seseorang melakukan kegiatan belajar
adalah untuk mengarahkan pada prilaku tertentu, dan hal ini merupakan suatu
benytuk cita-cita. Motif anak yang dibawa ke dalam situasi belajar sangat
berpengaruh terhadap bagaimana mereka belajar dan apa yang mereka pelajari.
2. Kondisi
sosial
Kondisi
sosial berarti keadaan yang berkenaan dengan kemsyarakatan yang selalu
mengalami perubahan-perubahan melalui proses sosial. Proses sosial terjadi
karena adanya interkasi sosial. Interaksi sosial dapat membentuk suatu
norma-norma sosial tertentu dalam kelompok masyarakat. Hal ini ditegaskan oleh
Sherif, bahwa interksi sosial anggotanya suatu kelompok dapat menimbulkan suatu
norma sosial dalam masyarakat yang berlaku dalam masyarakat tersebut
(Gerungan,2009:110).
Kondisi sosial
diantaranya :
a.
Kondisi lingkungan
keluarga
Kondisi
sosial keluarga akan diwarnai oleh bagaimana interaksi sosial yang terjadi
diantara anggota keluarga dan interaksi sosial dengan masyarakat lingkungannya.
Interaksi sosial di dalam keluarga biasanya didasarkan atas rasa kasih sayang
dan tanggung jawab yang diwujudkan dengan memperhatikan orang lain, bekerja
sama, saling membantu dan saling memperdulikan termasuk terhadap masa depan
anggota keluarga, salah satunya dalam penyelenggaraan pendidikan anak.
Interaksi dalam keluarga turut menentukan pula cara – cara tingkah laku
seseorang dalam pergaulan sosial di dalam masyarakat pada umumnya (Gerungan,
2009:195)
Menurut
Slameto (2003 : 62), relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah
relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau
dengan anggota keluarga lainnya pun turut mempengaruhi pendidikan anak. Wujud
relasi itu misalnya apakah hubungan itu penuh dengan kasih sayang dan
perhatian, ataukah sikap yang terlalu keras, acuh tak acuh dan sebagainya.
b.
Kondisi lingkungan
masyarakat
Lingkungan
masyarakat dapat mempengaruhi pola pemikiran dan norma serta pedoman yang
dianut oleh seseorang dalam suatu masyarakat, karena di dalam masyarakat
terjadi suatu proses sosialisasi. Hal ini juga terdapat dalam dunia pendidikan,
seseorang yang berada di lingkungan masyarakat yang mementingkan pendidikan
maka dia juga akan terpengaruh untuk ikut mementingkan pendidikan. Begitu juga
sebaliknya, jika seseorang berada di lingkungan masyarakat yang menganggap
pendidikan tidak penting maka dia juga dapat terpengaruh dan ikut beranggapan
bahwa pendidikan itu kurang penting. Lewat proses sosialisasi, seorang individu
menghayati, mendarah dagingkan nilai-nilai, norma dan aturan yang dianut
kelompok dimana ia hidup (Ihromi, 2004:68).
3.
Kondisi ekonomi keluarga
Ekonomi
dalam dunia pendidikan memegang peranan yang cukup menentukan. Karena tanpa
ekonomi yang memadai dunia pendidikan tidak akan bisa berjalan dengan baik. Ini
menunjukan bahwa meskipun ekonomi bukan merupakan pemegang peranan utama dalam
pendidikan, namun keadaan ekonomi dapat membatasi kegiatan pendidikan (Made
Pidarta, 2007:255).
Faktor
ekonomi keluarga banyak menentukan dalam belajar anak. Misalnya anak dalam
keluarga mampu dapat membeli alat-alat sekolah lengkap, sebaliknya anak-anak
dari keluarga kurang mampu tidak dapat membeli alat-alat itu. Dengan alat serba
tidak lengkap inilah maka hati anak-anak menjadi kecewa, mundur, putus asa
sehingga dorongan belajar mereka kurang (Ahmadi, 2007:266).
Menurut
Gerungan (2009:196), keadaan ekonomi keluarga tentulah berpengaruh terhadap
perkembangan anak, apabila diperhatikan bahwa dengan adanya perekonomian yang
cukup, lingkungan material yang dihadapi anak itu lebih luas, ia akan mendapat
kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan bermacam-macam kecakapan yang
tidak dapat kembangkan apabila tidak ada prasarananya.
Beberapa
kondisi ekonomi yang mempengaruhi pendidikan anak adalah :
a.
Pendapatan
Menurut Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Evers dalam
Rokhana (2005:8), yaitu seluruh penerimaan baik berupa uang maupun barang baik
dari pihak lain maupun hasil sendiri. Pendapatan adalah sesuatu yang diperoleh
seluruh anggota keluarga yang bekerja. Jadi yang dimaksu pendapat ini adalah
suatu tingkat penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan pokok dan pekerjaan
sampingan dari orang tua dan anggota keluarga lainnya.
b.
Jumlah anggota keluarga
yang menjadi tanggungan
Jumlah
anggota keluarga merupakan faktor penting dalam menjamin kesejahteraan keluarga
dalam hal pemenuhan kebutuhan seluruh anggota keluarga, sehingga jumlah anggota
keluarga hendaknya dibatasi menurut kemampuan. Hal ini ditegaskan dalam
Undang-undang No.10 tahun 1992 pasal 7 yang menyatakan bahwa setiap penduduk
sebagai anggota keluarga mempunyai hak untuk membangun keluarga sejahtera
dengan mempunyai anak yang jumlahnya ideal, atau mengangkat anak, atau
memberikan pendidikan kehidupan berkeluarga kepada anak-anak serta hak lain
guna mewujudkan keluarga sejahtera. Banyaknya anggota keluarga akan
mempengaruhi pembagian pendapatan keluarga untuk kebutuhan sehari-hari yang
nantinya juga akan berpengaruh pada pembagian pendapatan untuk kebutuhan
pendidikan. Sehingga semakin banya anggota keluarga yang menjadi tanggungan,
maka akan semakin kecil kebutuhan akan pendidikan dapat terpenuhi begitu pula
sebaliknya.
4.
Motivasi orang tua
Menurut Slamero (2003:61), orang tua
yang tidak/kurang memperhatikan dan memberikan dorongan atau motivasi terhadap
pendidikan anaknya, misalnya acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak
memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan
anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan/melengkapi
alat belajarnya, tidak memperhatikan anak belajar atau tidak, tidak mau tau
kemajuan belajar anaknya, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajar dan
lain-lain dapat menyebabkan anak tidak/kurang berhasil dalam belajarnya.
Mungkin hasil yang di dapatkan tidak memuaskan bahkan mungkin gagal dalam
studinya. Hal ini dapat terjadi pada anak yang kedua orang tuanya terlalu sibuk
mengurusi pekerjaan atau hal yang lain. Ini menunjukkan bahwa motivasi yang
berasal dari orang tua sangatlah dibutuhkan oleh seorang anak dalam menempuh
pendidikannya.
Motivasi
orang tua dapat kita ketahui dari beberapa hal-hal berikut :
a.
Kesadaran orang tua akan
pentingnya pendidikan
Arti
penting pendidikan harusnya sudah dipahami oleh orang tua, karena hal ini dapat
berpengaruh pada pendidikan anak-anak mereka. Kesadaran orang tua yang baik
akan arti penting pendidikan akan mengarahkan anak-anak mereka untuk menempuh
jenjang pendidikan setinggi-tingginya. Kesadaran akan tanggung jawab mendidik
dan membina anak secara terus-menerus perlu dikembangkan pada setiap orang tua,
sehingga pendidikan yang dilakukan tidak lagi berdasarkan kebiasaan yang
dilihat dari orang tua, tetapi telah didasari dengan teori-teori pendidikan
modern, sesuai dengan perkembangan zaman (Hasbullah, 2009:46).
b.
Tujuan orang tua
menyekolahkan anak
Munib (2007:48), mengatakan bahwa
setiap kegiatan pendidikan baik didalam lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat tentu memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai. Misalnya supaya
pandai berbicara, membaca dan menulis, berhitung, bertambah cerdas, teliti,
berani dan sebagainya. Bahkan ada orang tua yang mengarahkan anak mereka untuk
mencapai apa yang mereka inginkan.
Tujuan orang tua menyekolahkan anaknya tentu memiliki tujuan yang
bermacam-macam. Hal ini dapat berpengaruh pada tingkat pendidikan yang ditempuh
oleh anaknya.
c.
Kesediaan orang tua
menyekolahkan anaknya
Kesediaan orang tua untuk
menyekolahkan anaknya merupakan syarat mutlak bagi terlaksananya pendidikan
bagia anak. Karena secara material dan moral orang tua mempengaruhi tingkat
pendidikan anak-anaknya. Seperti yang disampaikan oleh Hasbullah (2009:45),
salah satu tanggung jawab orang tua dan keluarga terhadap anak-anak mereka
adalah memberikan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi kehidupan
anak kelak, sehingga bila ia telah dewasa akan mampu mandiri.
5.
Budaya
Kebudayaan adalah sistem gagasan, tindakan
dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dapat dijadikan milik
diri manusia dengan belajar. Ini artinya hampir seluruh tindakan manusia adalah
kebudayaan, karena hanya sedikit tindakan manusia dalam kehidupan masyarakat
yang tidak dibiasakan dengan belajar (Koendjaraningrat, 2009:144).
Slameto (2003:64) mengungkapkan bahwa
tingkat pendidikan atau kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi sikap anak
dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar
mendorong semangat anak untuk belajar. Didalam menempuh jenjang pendidikan,
seseorang juga akan mempelajari keadaan yang ada pada dirinya dan lingkungannya.
Sehingga ketika lingkungan sekitarnya memiliki budaya dengan pendidikan yang
rendah dan sudah merasa cukup, maka hal tersebut akan dilakukan kembali ke
generasi berikutya. Hal semacam ini dapat berlangsung secara turun-temurun
bahkan menjadi tradisi dalam masyarakat.
6.
Aksesibilitas
Aksesibilitas
merupakan suatu konsep yang menggabungkan sistem tata guna lahan secara
geografis dengan sistem jaringan transportasi yang menghubungkannya, dimana
perubahan tata guna lahan, yang menimbulkan zona-zona dan jarak geografis
disuatu wilayah atau kota, akan mudah dihubungkan oleh penyediaan sarana
prasarana angkutan (Black, 1981 dalam Miro, 2005 :18).
Munurut Tamin dan Miro (2005:18),
aksesbilitas adalah mudahnya suatu lokasi dihubungkan dengan lokasi lainnya
lewat jaringan transportasi yang ada, berupa prasarana jalan dan alat angkut
yang bergerak diatasnya. Dengan kata lain, suatu ukuran kemudahan dan
kenyamanan mengenai cara lokasi tata guna lahan yang saling berpencar, dapat
berinteraksi/berhubungan satu sama lain. dan mudah atau sulitnya lokasi-lokasi
tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasinya, merupakan hal yang
sangat subyektif, kualitatif, dan relatif sifatnya. Artinya, yang mudah bagi
seseorang belum tentu mudah bagi lainnya.
Aksesibilitas yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah tingkat kemudahan pencapaian terhadap suatu wilayah yang
meliputi jarak tempuh, waktu tempuh, fasilitas jalan, dan sarana transportasi.
Lebih jelasnya akan dijabarkan sebagai berikut :
a. Jarak
Tempuh
Salah satu variabel yang bisa menyatakan
apakah tingkat kemudahan pencapaian suatu tata guna lahan dikatakan tinggi atau
rendah adalah jarak fisik dua tata guna lahan (dalam kilometer). Jika kedua
tata guna lahan mempunyai jarak yang berjauhan secara fisik, maka aksesibilitasnya
dikatakan rendah (Miro, 2005:19).
b. Waktu
tempuh
Waktu tempuh adalah banyak waktu yang
ditempuh untuk melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lainnya,
sehingga dapat disimpulkan bahwa jarak yang relatif jauh maka secara otomatis
waktu yang ditempuh akan semakin banyak dan juga memerlukan biaya yang banyak, dengan
biaya yang semakin banyak maka motivasi orang tua juga akan semakin rendah.
Faktor ini sangat ditentukan dengan ketersediaan sarana transportasi yang dapat
dihandalkan. Contohnya adalah dukungan jaringan jalan yang berkualitas, yang
menghubungkan asal dengan tujuan, diikuti dengan terjaminnya armada yang siap
melayani kapan saja (Miro, 2005:22)
c. Fasilitas
Jalan
Jalan adalah prasarana transportasi
darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperlukan lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah,
diatas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah dan/atau air, serta diatas
permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel (UU RI
No.38 Tahun 2004, pasal 1).
Jalan sebagai bagian dari jasa pelayanan
transportasi mempunyai peranan penting dalam bidang ekonomi, politik, sosial,
budaya dan pertahanan keamanan serta dipergunakan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat (Bina Marga,2007). Ini menunjukan bahwa jalan memiliki
peranan penting terhadap semua sektor, tidak terkecuali terhadap pendidikan.
Untuk memperlancar transportasi menuju sekolah tentunya keberadaan jalan
beserta kondisinya sangat mempengaruhi kelancaran mobilitas seseorang menuju
sekolah yang mereka tuju.
d. Sarana
Transportasi
Menurut Miro (2005:4), transportasi
dapat diartikan sebagai usaha memindahkan, menggerakan, mengangkut, atau
mengalihkan suatu objek tersebut lebih bermanfaat atau dapat berguna untuk
tujuan-tujuan tertentu. Transportasi dalam penelitian ini berkaitan dengan
pergerakan seseorang untuk mencapai sekolah yang dituju. Dibutuhkan sarana
transportasi untuk memudahkan seseorang berpindah dari satu tempat ke tempat
yang lain. Sarana transportasi yang dimaksud adalah fasilitas yang digunakan
untuk mengangkut anak kesekolah.
No comments:
Write comments