Thursday, September 21, 2017

Faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan

1.      Motivasi individu
Menurut Sumadi Suryabrata motivasi adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna tercapainya suatu tujuan. Sementara Gates dan kawan-kawan mengemukakan bahwa motivasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis dalam diri seseorang yang mengatur tidaknya dengan cara tertentu (Djali, 2008;101)
      Motivasi berprestasi merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan dalam belajar. Besar kecilnya pengaruh tersebut tergantung intensitasnya. Klausmeier menyatakan bahwa dalam intensitas motivasi berprestasi ditunjukan dalam berbagai tingkatan prestasi yang dicapai oleh berbagai individu. Semakin besar motivasi seseorang untuk terus berprestasi, maka dia akan terus mencoba menggapai pendidikan mereka ke jenjang yang lebih tinggi (Djali,2008;110)
      Bentuk motivasi pendidikan yang terdapat pada individu dapat kita lihat dari beberapa hal, antara lain :
a.                 Keinginan untuk menempuh pendidikan
Keinginan untuk menempuh pendidikan merupakan modal awal bagi seseorang untuk terus menempuh pendidikan. Tidak adanya unsur terpaksa pada anak untuk bersekolah menjadikan anak menikmati dan mengerti akan pentingnya pendidikan yang dijalaninya. Manusia pada dasarnya memiliki keinginan untuk memperoleh kompetensi dari lingkungannya, sehingga akan muncul suatu rasa percaya diri untuk menggapai kompetensi yang ingin di gapai (Rifa’I, 2010:168)
b.                Cita – cita
Hal yang dapat menjadi motivasi dan tujuan seorang anak menjalani jenjang pendidikan mereka adalah karena adanya cita-cita yang ingin mereka raih. Cita-cita yang terdapat pada anak akan memberikan gambaran bagi mereka jalan mana yang harus mereka tempuh untuk dapat mewujudkannya, dan salah satu jalannya adalah dengan menempuh pendidikan. Hal ini ditegaskan oleh Achmad Rifa,i (2010:158) bahwa salah satu motif seseorang melakukan kegiatan belajar adalah untuk mengarahkan pada prilaku tertentu, dan hal ini merupakan suatu benytuk cita-cita. Motif anak yang dibawa ke dalam situasi belajar sangat berpengaruh terhadap bagaimana mereka belajar dan apa yang mereka pelajari.
2.      Kondisi sosial
Kondisi sosial berarti keadaan yang berkenaan dengan kemsyarakatan yang selalu mengalami perubahan-perubahan melalui proses sosial. Proses sosial terjadi karena adanya interkasi sosial. Interaksi sosial dapat membentuk suatu norma-norma sosial tertentu dalam kelompok masyarakat. Hal ini ditegaskan oleh Sherif, bahwa interksi sosial anggotanya suatu kelompok dapat menimbulkan suatu norma sosial dalam masyarakat yang berlaku dalam masyarakat tersebut (Gerungan,2009:110).
Kondisi sosial diantaranya :
a.                 Kondisi lingkungan keluarga
Kondisi sosial keluarga akan diwarnai oleh bagaimana interaksi sosial yang terjadi diantara anggota keluarga dan interaksi sosial dengan masyarakat lingkungannya. Interaksi sosial di dalam keluarga biasanya didasarkan atas rasa kasih sayang dan tanggung jawab yang diwujudkan dengan memperhatikan orang lain, bekerja sama, saling membantu dan saling memperdulikan termasuk terhadap masa depan anggota keluarga, salah satunya dalam penyelenggaraan pendidikan anak. Interaksi dalam keluarga turut menentukan pula cara – cara tingkah laku seseorang dalam pergaulan sosial di dalam masyarakat pada umumnya (Gerungan, 2009:195)
Menurut Slameto (2003 : 62), relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga lainnya pun turut mempengaruhi pendidikan anak. Wujud relasi itu misalnya apakah hubungan itu penuh dengan kasih sayang dan perhatian, ataukah sikap yang terlalu keras, acuh tak acuh dan sebagainya.
b.                Kondisi lingkungan masyarakat
Lingkungan masyarakat dapat mempengaruhi pola pemikiran dan norma serta pedoman yang dianut oleh seseorang dalam suatu masyarakat, karena di dalam masyarakat terjadi suatu proses sosialisasi. Hal ini juga terdapat dalam dunia pendidikan, seseorang yang berada di lingkungan masyarakat yang mementingkan pendidikan maka dia juga akan terpengaruh untuk ikut mementingkan pendidikan. Begitu juga sebaliknya, jika seseorang berada di lingkungan masyarakat yang menganggap pendidikan tidak penting maka dia juga dapat terpengaruh dan ikut beranggapan bahwa pendidikan itu kurang penting. Lewat proses sosialisasi, seorang individu menghayati, mendarah dagingkan nilai-nilai, norma dan aturan yang dianut kelompok dimana ia hidup (Ihromi, 2004:68).
3.         Kondisi ekonomi keluarga
Ekonomi dalam dunia pendidikan memegang peranan yang cukup menentukan. Karena tanpa ekonomi yang memadai dunia pendidikan tidak akan bisa berjalan dengan baik. Ini menunjukan bahwa meskipun ekonomi bukan merupakan pemegang peranan utama dalam pendidikan, namun keadaan ekonomi dapat membatasi kegiatan pendidikan (Made Pidarta, 2007:255).
Faktor ekonomi keluarga banyak menentukan dalam belajar anak. Misalnya anak dalam keluarga mampu dapat membeli alat-alat sekolah lengkap, sebaliknya anak-anak dari keluarga kurang mampu tidak dapat membeli alat-alat itu. Dengan alat serba tidak lengkap inilah maka hati anak-anak menjadi kecewa, mundur, putus asa sehingga dorongan belajar mereka kurang (Ahmadi, 2007:266).
Menurut Gerungan (2009:196), keadaan ekonomi keluarga tentulah berpengaruh terhadap perkembangan anak, apabila diperhatikan bahwa dengan adanya perekonomian yang cukup, lingkungan material yang dihadapi anak itu lebih luas, ia akan mendapat kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan bermacam-macam kecakapan yang tidak dapat kembangkan apabila tidak ada prasarananya.
Beberapa kondisi ekonomi yang mempengaruhi pendidikan anak adalah :
a.                 Pendapatan
Menurut  Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Evers dalam Rokhana (2005:8), yaitu seluruh penerimaan baik berupa uang maupun barang baik dari pihak lain maupun hasil sendiri. Pendapatan adalah sesuatu yang diperoleh seluruh anggota keluarga yang bekerja. Jadi yang dimaksu pendapat ini adalah suatu tingkat penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dari orang tua dan anggota keluarga lainnya.
b.                Jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan
Jumlah anggota keluarga merupakan faktor penting dalam menjamin kesejahteraan keluarga dalam hal pemenuhan kebutuhan seluruh anggota keluarga, sehingga jumlah anggota keluarga hendaknya dibatasi menurut kemampuan. Hal ini ditegaskan dalam Undang-undang No.10 tahun 1992 pasal 7 yang menyatakan bahwa setiap penduduk sebagai anggota keluarga mempunyai hak untuk membangun keluarga sejahtera dengan mempunyai anak yang jumlahnya ideal, atau mengangkat anak, atau memberikan pendidikan kehidupan berkeluarga kepada anak-anak serta hak lain guna mewujudkan keluarga sejahtera. Banyaknya anggota keluarga akan mempengaruhi pembagian pendapatan keluarga untuk kebutuhan sehari-hari yang nantinya juga akan berpengaruh pada pembagian pendapatan untuk kebutuhan pendidikan. Sehingga semakin banya anggota keluarga yang menjadi tanggungan, maka akan semakin kecil kebutuhan akan pendidikan dapat terpenuhi begitu pula sebaliknya.
4.         Motivasi orang tua
         Menurut Slamero (2003:61), orang tua yang tidak/kurang memperhatikan dan memberikan dorongan atau motivasi terhadap pendidikan anaknya, misalnya acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan/melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan anak belajar atau tidak, tidak mau tau kemajuan belajar anaknya, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain-lain dapat menyebabkan anak tidak/kurang berhasil dalam belajarnya. Mungkin hasil yang di dapatkan tidak memuaskan bahkan mungkin gagal dalam studinya. Hal ini dapat terjadi pada anak yang kedua orang tuanya terlalu sibuk mengurusi pekerjaan atau hal yang lain. Ini menunjukkan bahwa motivasi yang berasal dari orang tua sangatlah dibutuhkan oleh seorang anak dalam menempuh pendidikannya.
Motivasi orang tua dapat kita ketahui dari beberapa hal-hal berikut :
a.                 Kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan
Arti penting pendidikan harusnya sudah dipahami oleh orang tua, karena hal ini dapat berpengaruh pada pendidikan anak-anak mereka. Kesadaran orang tua yang baik akan arti penting pendidikan akan mengarahkan anak-anak mereka untuk menempuh jenjang pendidikan setinggi-tingginya. Kesadaran akan tanggung jawab mendidik dan membina anak secara terus-menerus perlu dikembangkan pada setiap orang tua, sehingga pendidikan yang dilakukan tidak lagi berdasarkan kebiasaan yang dilihat dari orang tua, tetapi telah didasari dengan teori-teori pendidikan modern, sesuai dengan perkembangan zaman (Hasbullah, 2009:46).
b.                Tujuan orang tua menyekolahkan anak
            Munib (2007:48), mengatakan bahwa setiap kegiatan pendidikan baik didalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat tentu memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai. Misalnya supaya pandai berbicara, membaca dan menulis, berhitung, bertambah cerdas, teliti, berani dan sebagainya. Bahkan ada orang tua yang mengarahkan anak mereka untuk mencapai  apa yang mereka inginkan. Tujuan orang tua menyekolahkan anaknya tentu memiliki tujuan yang bermacam-macam. Hal ini dapat berpengaruh pada tingkat pendidikan yang ditempuh oleh anaknya.
c.                 Kesediaan orang tua menyekolahkan anaknya
            Kesediaan orang tua untuk menyekolahkan anaknya merupakan syarat mutlak bagi terlaksananya pendidikan bagia anak. Karena secara material dan moral orang tua mempengaruhi tingkat pendidikan anak-anaknya. Seperti yang disampaikan oleh Hasbullah (2009:45), salah satu tanggung jawab orang tua dan keluarga terhadap anak-anak mereka adalah memberikan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi kehidupan anak kelak, sehingga bila ia telah dewasa akan mampu mandiri.
5.      Budaya
      Kebudayaan adalah sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dapat dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Ini artinya hampir seluruh tindakan manusia adalah kebudayaan, karena hanya sedikit tindakan manusia dalam kehidupan masyarakat yang tidak dibiasakan dengan belajar (Koendjaraningrat, 2009:144).
      Slameto (2003:64) mengungkapkan bahwa tingkat pendidikan atau kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar. Didalam menempuh jenjang pendidikan, seseorang juga akan mempelajari keadaan yang ada pada dirinya dan lingkungannya. Sehingga ketika lingkungan sekitarnya memiliki budaya dengan pendidikan yang rendah dan sudah merasa cukup, maka hal tersebut akan dilakukan kembali ke generasi berikutya. Hal semacam ini dapat berlangsung secara turun-temurun bahkan menjadi tradisi dalam masyarakat.
6.      Aksesibilitas
Aksesibilitas merupakan suatu konsep yang menggabungkan sistem tata guna lahan secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang menghubungkannya, dimana perubahan tata guna lahan, yang menimbulkan zona-zona dan jarak geografis disuatu wilayah atau kota, akan mudah dihubungkan oleh penyediaan sarana prasarana angkutan (Black, 1981 dalam Miro, 2005 :18).
        Munurut Tamin dan Miro (2005:18), aksesbilitas adalah mudahnya suatu lokasi dihubungkan dengan lokasi lainnya lewat jaringan transportasi yang ada, berupa prasarana jalan dan alat angkut yang bergerak diatasnya. Dengan kata lain, suatu ukuran kemudahan dan kenyamanan mengenai cara lokasi tata guna lahan yang saling berpencar, dapat berinteraksi/berhubungan satu sama lain. dan mudah atau sulitnya lokasi-lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasinya, merupakan hal yang sangat subyektif, kualitatif, dan relatif sifatnya. Artinya, yang mudah bagi seseorang belum tentu mudah bagi lainnya.
         Aksesibilitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat kemudahan pencapaian terhadap suatu wilayah yang meliputi jarak tempuh, waktu tempuh, fasilitas jalan, dan sarana transportasi. Lebih jelasnya akan dijabarkan sebagai berikut :
a.       Jarak Tempuh
        Salah satu variabel yang bisa menyatakan apakah tingkat kemudahan pencapaian suatu tata guna lahan dikatakan tinggi atau rendah adalah jarak fisik dua tata guna lahan (dalam kilometer). Jika kedua tata guna lahan mempunyai jarak yang berjauhan secara fisik, maka aksesibilitasnya dikatakan rendah (Miro, 2005:19).


b.      Waktu tempuh
      Waktu tempuh adalah banyak waktu yang ditempuh untuk melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lainnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa jarak yang relatif jauh maka secara otomatis waktu yang ditempuh akan semakin banyak dan juga memerlukan biaya yang banyak, dengan biaya yang semakin banyak maka motivasi orang tua juga akan semakin rendah. Faktor ini sangat ditentukan dengan ketersediaan sarana transportasi yang dapat dihandalkan. Contohnya adalah dukungan jaringan jalan yang berkualitas, yang menghubungkan asal dengan tujuan, diikuti dengan terjaminnya armada yang siap melayani kapan saja (Miro, 2005:22)
c.       Fasilitas Jalan
        Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperlukan lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, diatas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah dan/atau air, serta diatas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel (UU RI No.38 Tahun 2004, pasal 1).
        Jalan sebagai bagian dari jasa pelayanan transportasi mempunyai peranan penting dalam bidang ekonomi, politik, sosial, budaya dan pertahanan keamanan serta dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat (Bina Marga,2007). Ini menunjukan bahwa jalan memiliki peranan penting terhadap semua sektor, tidak terkecuali terhadap pendidikan. Untuk memperlancar transportasi menuju sekolah tentunya keberadaan jalan beserta kondisinya sangat mempengaruhi kelancaran mobilitas seseorang menuju sekolah yang mereka tuju.
d.      Sarana Transportasi

        Menurut Miro (2005:4), transportasi dapat diartikan sebagai usaha memindahkan, menggerakan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek tersebut lebih bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan-tujuan tertentu. Transportasi dalam penelitian ini berkaitan dengan pergerakan seseorang untuk mencapai sekolah yang dituju. Dibutuhkan sarana transportasi untuk memudahkan seseorang berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Sarana transportasi yang dimaksud adalah fasilitas yang digunakan untuk mengangkut anak kesekolah.

No comments:
Write comments