Friday, September 22, 2017

Upaya Pencegahan atau Upaya Prefentif terhadap Kenakalan Remaja

Upaya pencegahan atau upaya preventif. Secara etimologi, preventif berasal dari bahasa latin pravenire yang artinya datang sebelum/antisipasi/mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Menurut Oktavia (2013) “upaya preventif adalah sebuah usaha yang dilakukan oleh individu dalam mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan”. Upaya pencegahan atau preventif biasanya dilakukan kepada pihak yang belum atau rentan terhadap suatu masalah. Dalam penelitian ini, upaya preventif adalah tindakan pencegahan kenakalan remaja yang dilakukan oleh remaja/siswa yang belum atau rentan terhadap perilaku kenakalan.
Upaya preventif yang dapat dilakukan antara lain dengan:
“1. Usaha preventif kenakalan remaja dengan cara moralistis adalah menitikberatkan kepada pembinaan moral dan  membina kekuatan mental anak remaja. Dengan memberikan pembinaan moral maka akan menjauhkan remaja pada perilaku-perilaku menyimpang atau perilaku kenakalan yang dapat menjerumuskan mereka pada dunia hitam. Selain itu, dengan memiliki mental yang kuat maka akan menjadikan remaja tidak mudah terpengaruh dengan lingkungan sekitarnya, sehingga remaja tidak mudah terjerumus ke dalam lingkungan yang tidak sehat,
2. Usaha preventif kenakalan remaja dengan cara abolisionistis adalah untuk mengurangi, bahkan untuk menghilangkan sebab-sebab yang mendorong remaja melakukan perilaku kenakalan. Hal ini membutuhkan pendekatan mendalam dengan remaja untuk mengetahui alasan mereka melakukan perilaku kenakalan”. (Sudarsono, 2012:93)

Selain upaya di atas, terdapat upaya lain yang dapat dilakukan dalam mencegah kenakalan remaja, yaitu melakukan penyuluhan terhadap keluarga, sekolah, dan masyarakat. “Penyuluhan tersebut dapat berupa penyuluhan tentang sebab-sebab kenakalan remaja” (Sudarsono, 2012:123). Dengan mengetahui sebab-sebabnya maka akan mempermudah dalam mencegah terjadinya kenakalan pada remaja. Penyebab kenakalan remaja antara lain:
1.      Keadaan Keluarga
Adapun keadaan keluarga yang dapat menjadi penyebab terjadinya perilaku kenakalan pada remaja adalah:
a.      Keluarga yang Tidak Normal (Broken Home)
Menurut pendapat Moeljatno “broken home memiliki kemungkinan besar bagi terjadinya kenakalan remaja, karena utamanya perpisahan orangtua atau perceraian dapat mempengaruhi perkembangan anak. Keadaan keluarga tidak normal tidak hanya terjadi pada keluarga broken home, akan tetapi juga terjadi pada keluarga modern yang biasanya terjadi gejala broken homosemu (quasi broken home), yakni kedua orangtua masih utuh dan lengkap akan tetapi karena kesibukan masing-masing (baik ayah maupun ibu) maupun keduanya sehingga orangtua tidak memiliki waktu untuk memberikan pendidikan pada anak-anaknya” (dalam Sudarsono, 2012:125-126).

Dalam keluarga dengan gejala quasi broken home tidak jarang orangtua tidak dapat bertemu dengan anak-anaknya. Hal tersebut dikarenakan anak sudah tertidur ketika orangtua baru pulang dari bekerja, ataupun orangtua masih tertidur ketika anak akan berangkat ke sekolah dan orangtua kembali bekerja ketika anak sudah pulang kerumah dan seterusnya. Keadaan seperti ini sangatlah merugikan bagi perkembangan anak. Anak akan merasa konflik-konflik psikologis dan frustasi , sehingga keadaan ini dapat mendorong anak untuk melakukan tindakan kenakalan remaja.
Pada dasarnya kenakalan remaja akibat broken home maupun quasi broken home dapat diatasi dengan orangtua yang bertanggungjawab memelihara dan mendidik anak-anaknya serta memberikan kasih sayang pada anak secara sepenuhnya sehingga anak tersebut merasa seolah-olah tidak pernah kehilangan ayah dan ibunya. Selain itu, pemenuhan kebutuhan jasmani, seperti makan, minum, pakaian, dan sarana-sarana lainnya juga dapat menghindarkan anak dari perbuatan kenakalan seperti penyalahgunaan narkoba, pencurian, gelandangan, dan lain-lain.

b.      Keadaan Jumlah Anak yang Kurang Menguntungkan
Jumlah anak yang terlalu sedikit ataupun terlalu banyak akan menimbulkan beberapa permasalahan yang akan merugikan keluarga. Keadaan tersebut berupa:
1.      Keluarga Kecil
“Dalam keluarga kecil kebanyakan anak tunggal sangat dimanjakan oleh orang tuanya, pemenuhan kebutuhan yang berlebihan dan segala permintaan anak akan dikabulkan” (Sudarsono, 2012:127). Perlakuan orang tua terhadap anak akan menyulitkan anak itu sendiri dalam bergaul dengan masyarakat. Apabila keinginan mereka tidak dikabulkan oleh masyarakat maka mereka  akan marah dan mudah berbuat jahat misalnya melakukan penganiayaan, berkelahi, dan melakukan pengrusakan.
2.      Keluarga Besar
Dalam keluarga besar dengan jumlah anak yang banyak biasanya sangat kurang dalam hal pengawasan anak oleh orang tua. Pembagian kasih sayang yang tidak merata atau tidak sama dapat memicu persaingan dan rasa iri hati antar sesama anggota keluarga. Hal tersebut dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak.
Cara mengatasi penyebab kenakalan remaja dalam hal keluarga kecil dan keluarga besar dapat dilakukan dengan mengikuti program keluarga berencana (KB) dengan target NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera). Melalui NKKBS maka dapat terwujud:
“1. Kesehatan ibu lebih terjamin, 2. Pemenuhan kebutuhan anak baik rohani maupun jasmani mendekati keadaan normal, 3. Kesempatan untuk mencari nafkah bagi kedua orang tua lebih menguntungkan, 3. Terbukanya kesempatan bagi anak-anak untuk menuntut ilmu lebih memadai” (Sudarsono, 2012:128).

Persiapan Kehidupan Berencana bagi Remaja (PKBR) agar remaja mampu membentuk keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Selain itu, BKKBN juga mempunya program GenRe (Generasi Berencana) untuk mempersiapkan remaja agar mampu membentuk keluarga kecil yang bahagia dan ideal.

2.      Keberadaan Pendidikan Formal
            Selama remaja menempuh pendidikan formal di sekolah terjadi interaksi antara remaja dengan sesamanya, juga interaksi remaja dengan pendidik. Tidak semua anak-anak yang memasuki sekolah memiliki watak yang baik, seperti suka membolos, merokok, menonton video porno, dan memakai narkoba yang memberikan kesan kebebasan tanpa kontrol. Sesuai dengan keadaan seperti ini sekolah-sekolah sebagai tempat pendidikan anak menjadi sumber konflik psikologis yang dapat membentuk perilaku anak menjadi perilaku menyimpang sampai terjadinya kenakalan pada remaja.
Munculnya perlakuan tidak adil dari guru juga menjadi penyebab munculnya kenakalan remaja. Hukuman/sanksi yang kurang menunjang tercapainya tujuan pendidikan, ancaman, dan kedisiplinan yang terlalu ketat juga kerap kali menyumbangkan pengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap perkembangan remaja di sekolah, sehingga mungkin saja hal-hal tersebut dapat menimbulkan kenakalan remaja.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kenakalan remaja di sekolah adalah:
a.      Menetapkan peraturan tentang pakaian seragam dengan maksud agar tercipta keserasian antar siswa.
b.      Diadakan operasi tertib di lingkungan sekolah dengan waktu yang tidak ditentukan.
c.       Mengadakan kontak denga keluarga siswa
d.     Mengembangkan prestasi siswa dalam segala bidang.
       
3.      Keadaan Masyarakat
“Anak remaja sebagai anggota masyarakat selalu mendapat pengaruh dari keadaan masyarakat dan lingkungannya baik langsung maupun tidak langsung” (Sudarsono, 2012:131). Misalnya, anak remaja miskin yang memiliki rasa rendah diri dalam masyarakat akan melakukan tindakan menyimpang seperti mencuri, merampas hak milik orang lain, dan penipuan. Tujuan mereka melakukan itu adalah untuk dapat meningkatkan harga dirinya di dalam kehidupan bermasyarakat.
Bagi remaja, keinginan untuk melakukan perbuatan menyimpang biasanya bersumber dari bahan bacaan, gambar-gambar, dan film. Bahan bacaan yang buruk (bernuansa seks), dan gambar-gambar serta film porno dapat meracuni pikiran mereka dan memberikan rangsangan seks terhadap remaja. Rangsangan seks pada remaja akan sangat berpengaruh negatif terhadapa perkembangan jiwanya.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kenakalan tersebut adalah dengan mengadakan penyensoran film-film yang lebih menitikberatkan pada segi pendidikan, mengadakan ceramah melalui radio, televisi, maupun media massa lainnya. Hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan mengadakan pengawasan terhadap buku-buku komik, majalah, bahkan buku pelajaran di sekolah.
Selain beberapa tindakan di atas, terdapat pula tindakan preventif lain yang dapat dilakukan, yaitu:

“1. Meningkatkan kesejahteran keluarga, 2. Perbaikan lingkungan, yaitu daerah slum, kampung-kampung miskin, 3. Mendirikan klinik bimbingan psikologis dan edukatif untuk memperbaiki tingkahlaku dan membantu remaja dari kesulitan mereka, 4. Menyediakan tempat rekreasi yang sehat bagi remaja, 5. Membentuk badan kesejahteraan anak-anak, 6. Mengadakan panti asuhan, 7. Mengadakan lembaga reformatis untuk memberikan pelatihan korektif, pengoreksiann dan asistensi untuk hidup mandiri dan susila kepada anak-anak dan para remaja yang membutuhkan, 8. Membuat badan supervise dan pengontrol terhadap kegiatan anak delinkuen, disertai program yang korektif, 9. Mengadakan pengadilan anak, 9. Mendirikan tempat latihan untuk menyalurkan kreativitas para remaja. Misalnya berupa latihan vokasional, latihan hidup bermasyarakat, latihan berwirausaha, dan lain-lain”. (Kartono, 2014:95)

No comments:
Write comments