- BIOGRAFI KARL MARX
Karl Marx lahir di Trier, Jerman, pada 5 Mei 1818. Dia
memulai studi hukum di Universitas Bonn pada tahun 1835, namun kemudian pindah
ke Universitas Berlim setahun setelahnya atas perintah bapaknya. Di Berlin dia
mengalihkan minatnya dari bidang hukum ke filsafat dan sangat terpengaruh oleh
ide-ide Hegel dan para penafsirnya, seperti Bruno Bauer dan Ludwig Fuerbach.
Marx dianugerahi gelar doktor lantaran disertasinya tentang perbedaan-perbedaan
antara ide-ide Demokritus dan Epicurus pada tahun 1841. Namun, karena tidak
bisa menjadi dosen, Marx menjadi wartawan untuk mencari nafkah. Awalnya, Marx menulis dan mengedit Rheinische
Zeitung, sebuah koran liberal demokrat, namun setelah koran ini dibredel
oleh pemerintah Prussia pada tahun 1843 dia pindah ke Paris untuk menulis buat Deutsch-Franzosische
Jahrucher. Di Paris, Marx menjelajahi ide-ide ekonomi, politik, sejarah,
dan filsafat serta mulai bersahabat dengan Friedrich Engels, anak seorang
pengusaha tekstil kaya, yang juga tertarik dengan filsafat Hegel. Marx dan
Engels menulis The Holy Family, Selected Writings, telaah kritis
terhadap filsafat Bauer, sebelum Marx dan keluarganya dipaksa pindah dari
Berlin ke Brussels.
Menghadapi kehendak para penguasa di Brussels, Maex
membentuk sebuah organisasi untuk menghubungkan orang-orang komunis di seluruh
dunia (Communist Correspondence Committe), dan menulis bersama Engels
sejumlah karya yang di dalamnya mengkritik filsafat Jerman dan Prancis populer
serta ide-ide sosialis. Pada tahun 1847 Marx berpartisipasi dalam kongres kedua
Liga Komunis di London. Liga tersebut menerima dengan antusias ide-ide Marx dan
Engels dan menyuruh Marx untuk menulis tentang keyakinan dan tujuannya.
Hasilnya adalah The Communist Manifesto, yang diterbitkan di era
ketidakstabilan politik Eropa.
- PEMIKIRAN-PEMIKIRAN
KARL MARX
a.
Kapital, kapitalis dan ploretariat
Marx menemukan inti masyarakat
kapitalis didalam komoditas. Suatu
masyarakat didominasi oleh objek-objek yang nilai utamanya adalah pertukaran
yang memproduksi kategori-kategori masyarakat tertentu. Dua tipe utama yang menjadi perhatian Marx adalah
proleariat dan kapitalis. Proletariat adalah para pekerja yang menjual kerja
mereka dan tidak memiliki alat-alat produksi sendiri. Mereka tidak memilik
sarana-sarana sendiri dan pabrik-pabrik sendiri, tetapi Marx percaya bahwa ploretariat bahkan
akan kehilangan keterampilan mereka seiring dengan meningkatnya mesin-mesin
yang mengantikan mereka. Karena
proletariat hanya memproduksi demi pertukaran, maka mereka juga
konsumen. Karena mereka tidak memiliki
sarana-sarana untuk memproduksi sarana-sarana untuk memproduksi
kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri, maka mereka harus menggunakan upah yang
mereka peroleh untuk membeli apa yang mereka butuhkan. Maka dari itu proletariat tergantung
sepenuhnya pada upahnya untuk bertahan hidup.
Hal inilah yang membuat proletariat tergantung pada orang yang memberi
upah.
Orang yang memberi upah adalah
kapitalis, jelas kapitalis adalah orang-orang yang memiliki alat produksi. Kapital adalah uang yang menghasilkan lebih
banyak uang. Dengan kata lain, kapital
lebih merupakan uang yang di investasikan ketimbang uang yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan dan keingginan manusia. Jadi kapitalisme adalah uang yang menghasilkan
lebih banyak uang, namun Marx mengungkapkan kepada kita bahwa kapital bukan
hanya itu : kapital juga merupakan sebuah resolusi sosial tertentu, dengan kata
lain uang hanya akan menjadi kapital, karena adanya relasi sosial antara
proletariat yang bekerja dan harus membeli produk dengan orang yang
menginvestasikan upahnya. Kapitalis kapital untuk memperoleh keuntunagan
terlihat sebagai kekuatan yang di bantu oleh alam- suatu kekuatan produktif
imanen didalam kapital.
Akhir dari Kapitalisme
Marx sering dijuluki sebagai bapak
dari komunisme yang berasal dari kaum terpelajar dan politikus. Ia
memperdebatkan bahwa analisis tentang kapitalisme miliknya membuktikan bahwa
kontradiksi dari kapitalisme akan berakhir dan memberikan jalan untuk komunisme.
Di lain tangan, Marx menulis bahwa kapitalisme akan berakhir karena aksi yang
terorganisasi dari kelas kerja internasional.“Komunisme
untuk kita bukanlah hubungan yang diciptakan oleh negara, tetapi merupakan cara
ideal untuk keadaan negara pada saat ini. Hasil dari pergerakan ini kita yang
akan mengatur dirinya sendiri secara otomatis. Komunisme adalah
pergerakan yang akan menghilangkan keadaan yang ada pada saat ini. Dan hasil
dari pergerakan ini menciptakan hasil dari yang lingkungan yang ada dari saat
ini. – Ideologi
Jerman-
Hubungan antara Marx dan Marxism
adalah titik kontroversi. Marxism tetap berpengaruh dan
kontroversial dalam bidang akademi dan politik sampai saat ini. Dalam bukunya
Marx, Das Kapital
(2006), penulis biografi Francis Wheen mengulangi
penelitian David McLellan yang
menyatakan bahwa sejak Marxisme tidak berhasil di Barat, hal tersebut tidak
menjadikan Marxisme sebagai ideologi formal, namun hal tersebut tidak dihalangi
oleh kontrol pemerintah untuk dipelajari.
b.
Eksploitasi
Bagi
Marx, ekploitasi dan dominasi lebih dari sekedar distribusi kesejahteraan dan
kekuasaan yang tidak seimbang. Eksploitasi
merupakan suatu bagian penting dari ekonomi kapitalis. Tentu saja masyarakat memiliki sejarah
eksploitasi, tetapi yang unik dalam kapitalisme adalah bahwa eksploitasi
dilakukan oleh sistem ekonomi yang impersonal dan “objektif”. Kemudian paksaan
jarang dianggap sebagai kekerasan, malah menjadi kebutuhan pekerja itu sendiri, yang biasaterpenuhi
hanya melaui upah, secara ironis Marx menggabarkan kebebasan upah kerja ini. Untuk menggubah uangnya menjadi kapital
....pemilik uang harus bertemu di dalam pasar dengan buru-buruh bebas, bebas
dalam dua pengrtian, dari satu sisi sebagai seseorang yang bebas dia bisa
mengatur tenaganya sebagai komoditasnya sendiri, dan disisi lain sebagai seseorang yang tidak
memiliki komoditas lain untuk dijual,
dia kekurangan segala sesuatu yang penting untuk merealisasikan
tenaganya.
Para
pekerja menjadi ”buruh- buruh yang bebas”, membuat kontrak-kontrak bebas dengan
para kapitalis. Namun , Marx percaya
bahwa para pekerja tidak lagi mampu memproduksi demi kebutuhan mereka sendiri. Hal
ini benar khususnya karena biasanya kapitalisme menciptakan apa yang disebut
Marx sebagai ”tentara cadangan” dari pengagguran yang mau melakukanya. Inilah misalnya yang ditemukan Barbara
Ehrenreich sebagai tujuan iklan lowongan kerja berupah yang rendah. Kapitalisme
membayar para pekerja kurang dari nilai yang mereka hasilkan dan meraup
keuntungan untuk diri mereka sendiri. Hal ini membawa kita pada konsep sentral
tentang nilai-nilai suplus. Nilai
surplus di didefinisikan sebagai perbedaan antara nilai produksi ketika dijual
dan nilai elemen-elemen yang digunakan untuk membuat poduk tersebut (termasuk
kerja para pekerja). Kapitalisme
biasanya menggunakan keuntungan ini untuk konsumsi pribadi, akan tetapi hal
tersebut belum mengakibatkan ekspansi kapitalisme. Kapitalis melebarkan
perusahaa mereka dengan mengubah nilai-surplus itu menjadi modal yang akan
menghasilkan nilai-nilai surplus yang lebih banyak. Marx memberiakan sebuah
ibarat, tentang hal ini” kapitalisme merupakan kerja mati, seperi vampir, yang
hiup dengan menhisap kehidupan kerja, dan makan dia hidup, makin banyak kerja
yang dihisapnya”
Marx
mengemukakan poin penting lainya tentang capital ” kapital eksis dan hanya bisa
eksis sebagai kapital-kapital. Maksudnya
disini adalah bahwa kapitalisme selalu di dorong oleh kompetisi yang tiada
henti. Kapitalisme mungkin terlihat terkontrol, meskipun mereka didorong oleh
kompetisi yang konstan antara kapital-kapial. Kapital dipaksa untuk memperoleh lebih
banyak keuntungan demi mengakumulasikan dan menginvestasikan lebih banyak
kapital. “ begitulah, kapitalis sama dengan si kikir dalam sebuah hal yang
absolut, yakni memperkaya diri sendiri. Namun yang terlihat pada si kikir
sebagai kegilaan individu, maka dalam kapitalis terlihat terliha sebagai efek
dari mekanisme sosial yang roda penggeraknya adalah dirinya sendiri. Keinginan
untuk memperoleh lebih banyak keuntungan dan lebih banyak nilai surplus untuk
ekspansi, mendorong kapitalisme pada apa yang disebut Marx denagan hukum-hukum
akumulasi kapital. Kapitalis berusaha mengesploitasi pekerja semaksimal
mungkin: tertendensi konstan kapitalis adalah untuk memaksaonkos kerja
kembali..ke angka Nol”. Marx berpendapat
bahwa struktur dan etos kapitalisme mendorong kapitalis dalam mengarahkan
akumulasi pada penumpukan kapital yang lebih banyak lagi. Unutk melakukan hal ini, berdasarkan
pandangan Marx bahwa kerja merupakan sumber nilai, kapitalis digiring untuk
meningkatkan eksploitasi terhadap proletariat. Inilah yang mendorong terjadinya
konflik kelas.
c.
Konflik Kelas
Marx
sering menggunakan istilah kelas di
dalam tulisan-tulisanya, tetapi dia tidak mendefinisikan secara
sistematis apa yang dia maksud dengan istilah ini. Biasanya ia menggunakan untuk menyatakan
sekelompok orang yang berada dalam situasi yang sama dalam hubunganya dengan kontrol
mereka terhadap alat-alat produksi.
Namun, hal ini belumlah merupakan deskripsi yang sempurna dari istilah
kelas sebagaimana digunakan Marx, kelas bagi marx selalu didefinisikan
berdasarkan potensinya terhadap konflik.
Individu-individu membentuk kelas sepanjang mereka berada di dalam suatu
konflik biasa dengan individu-individu yang lain tentang nilai-surplus. Di dalam kapitalisme terdapat konflik
kepentingan yang inheren antara orang yang memberi upah para buruh dan para
buruh yang kerja mereka diupah kembali menjadi nilai surplus. Konflik inheren inilah yang membentuk
kelas-kelas.
Karena
kelas didefinisikan sebagai sesuatu yang berpotensi menimbulkan konflik, maka
konsep ini berbeda-beda baik secara teoritis maupun historis. Sebelum mengidentifikasi sebuah kelas,
diperlukan suatu teori tentang konflik berpotensi terjadi dalam sebuah
masyarakat. Bagi Marx sebuah kelas
banar-benar eksis hanya ketika orang menyadari kalau dia sedang berkonflik
dengan kelas-kelas yang lain. Tanpa
kesadaran ini mereka hanya akan membentuk apa yang disebut marx dengan suatu
kelas di dalam dirinya. Ketika mereka menyadari konflik, maka mereka menjadi
suatu kelas yang sebenarnya, suatu kelas untuk didrinya.
Ada
dua macam kelas yang dikemukakan Marx ketika menganalisis kapitalisme: borjuis
dan proletar. Kelas borjuis merupakan nama khusus untuk para kapitalis
dalam ekonomi modern. Mereka memiliki
alat-alat produksi dan memperkerjakan pekerja upahan. Konflik antar kela
borjuis dan kelas priletar adalah contoh lain dari kontradiksi material yang
sebenarnya. Kontradiksi ini berkembang sampai menjadi kontradiksi antara kerja
dan kapitalisme. Tidak ada satu pun dari kontradiksi-kontradiksi ini yan bisa di
selesaikan kecuali dengan mengubah struktur kapitalisme. Bahkan sampai perubahan tercapai, kontradiksi
ini, makin memburuk . masyarakat makin berisi pertentangan antara dua kelas
besar yang berlawanan. Kompetisi denagn
toko-toko besar dan rantai monopoli akan mematikan binis-bisnis kecil dan
idependen; mekanisasi akan mengantikan buruh tangan yang cekatan; bahkan
kapitalis akan ditekan melalui cara-cara ampuh unuk memonopli, misalnya dengan
melakukan merger semua orang yang digantikan ini akan terpaksa turun kelas
menjadi proletariat. Marx menyebut pembengkakan yang tak terelakan didalam
jumlah proletariat ini dengan proletarianisasi.
d.
Agama
Marx juga melihat
agama sebagai sebuah ideologi. Dia
merujuk pada agama sebagai candu masyarakat. Marx percaya bahwa agama, seperti
halnya ideologi, merefleksikan suatu kebenaran, namun terbalik. Karena orang-orang tidak bisa melihat bahwa
kesukaran dan ketertindasan mereka diciptakan oleh sistem kapitalis, maka
mereka diberikan suatu bentuk agama.
Marx dengan jelas menyatakan bahwa dia tidak menolak agama, pada
hakikatnya, melainkan menolak suatu sistem yang mengandung ilusi-ilusi agama.
Bentuk keagamaan ini mudah di kacaukan dan oleh karena itu selalu
berkemungkinan untuk menjadi dasar suatu gerakan revolusioner. Kita juga melihat bahwa gerakan-gerakan
keagamaan sering berada garda depan dalam melawan kapitalisme(lihat,misalnya,
teologis pembebasan).
e.
Komunisme
dan Sosialisme
Istilah sosialisme selalu identik
dengan sosok Karl Marx. Padahal pemikiran tentang sosialisme terlampau jauh
berkembang sejak abad ke V – sebelum Marx mulai memikirkan resolusi
proletariat. Pemikiran Marx sendiri tentang sosialisme sebenarnya sudah
termaktub dalam beberapa karya dan budaya Yunani kuno – meskipun terbatas pada
objek dari sosialisme itu sendiri. sosialisme untuk semua digagas oleh Jambulos
dan Euhemeros. Jambulos mendeskripsikan sebuah ‘negara matahari’ dimana
segala-galanya – termasuk para isteri – dimiliki bersama.
Sedangkan memasuki zaman pencerahan,
perkembangan paham sosialisme tidak mampu berkembang pesat. Hal ini disebabkan
dominasi golongan borjuasi yang menuntut kebebasan politik supaya dapat bebas
berusaha dan berdagang untuk kepentingan milik pribadi – sebesar dan sebebas
mungkin. Sejak bergulirnya Revolusi Prancis (1789-1795), sosialisme memasuki
era modern dalam perkembangannya. Keyakinan dasar para pemimpin sosialis modern
adalah, secara prinsipil produk pekerjaan merupakan milik si pekerja. Milik
bersama dianggap tuntutan akal budi. Mereka meyakini bahwa masyarakat akan
berjalan jauh lebih baik kalau tidak berdasarkan milik pribadi. Sejalan dengan
perkembangan sosialisme, paham komunisme sebagai ‘sosialisme radikal’ pun
berkembang mengiringi perkembangan induknya. Sejarah perkembangan kedua
pemikiran ini – sampai saat ini – seolah mengerucut pada pergolakan yang
terjadi di belahan Eropa, khusunya Uni Soviet – sekarang Rusia. Diantara
tokoh-tokoh yang memiliki dominasi penuh atas kedua pemikiran ini adalah Karl
Marx, Engels, Stalin, dan George Lukaes. Oleh karena itu, untuk memahami
perkembangan pemikiran sosialis dan komunis, penulis menitik beratkan kajian
pada perkembangan pemikiran Marx, Engels, dan Stalin. Sedangkan untuk
memperkuat pengaruh pemikiran sosialisme dan komunisme modern, tulisan George
Lukaes yang berjudul History and Class Conciousness (1923) tentunya tidak dapat
ditinggalkan.
Sosialisme-nya Marx
Pandangan Marx tentang sosialisme
bertentanngan dengan konsepsi-konsepsi sosialisme yang diciptakan Fourier dan
Owen – yang menciptakan ‘dunia baru’ dimana setiap orang hidup bahagia. Marx
berasumsi bahwa konsepsi tersebuat hanya angan-angan belaka, karena tidak
menunjukkan jalan bagaimana mencapainya. Semua itu utopia, kata Marx, hanya
impian belaka. Disisi lain, Marx sendiri selalu menolak member gambaran
sosialisme. Menurutnya, sosialisme – ilmiah – tidak dapat “membuat resep bagi
dapur umum dimasa datang”. Sementara itu, untuk membedakan ajaran dari gagasan
sosialisme utopis, Marx menyusun suatu teori sosial yang menurutnya didasari
hokum-hukum ilmiah dan karena itu pasti terlaksana. Marx meyakini adanya
‘hukum-hukum gerak’ dalam masyarakat yang dijalankan dengan prinsip ‘kebutuhan
yang mutlak’ didasarkan pada penjelasan naïf dari kemajuan ilmu pengetahuan
alam (Elster. 2000:31). Pertimbangan moral, menurut Marx, bukanlah dasar bagi
sosialisme. Penilaian bahwa kapitalisme itu jahat dan sosialisme itu baik tidak
berlaku mutlak, melainkan jika syarat-syarat objektif pengahpusan hak milik
pribadi atas sesuatu itu terpenuhi. Hal ini berarti klaim Marx terhadap
sosialisme-nya yang bersifat ilmiah bisa diterima, karena berdasarkan pengetahuan
hukum-hukum objektif perkembangan masyarakat – yang kemudian tersohor dengan
istilah ‘Pandangan Materialis Sejarah’ (Frans. 2003:137).
Sosialisme yang akan datang
menggantikan kapitalisme adalah buah dari pada perkembangan masyarakat dalam
sejarah dibawah pengaruh hokum dialektik. Menurut Marx, menggunakan jalan
ilmiah, sosialisme tidak dapat ditentukan sekarang bentuk dan rupa masa yang
akan datang – artinya susunan baru pada masyarakat tidak dibuat, melainkan
dilahirkan. Melihat realita sejarah, menurut penulis, sosialisme yang
berorientasi pada terbentuknya ‘masyarakat tidak berkelas’ adalah bagian dari
hegemoni dan upayah manusia mencapai sebuah kesetaraan. Meskipun realita yang
berkembang kini tidak berjalan horizontal, melainkan vertikal. Konsep
sosialisme Marx memang lebih kompleks daripada filsuf lainnya. Tujuan
sosialisme dalam pandangn Marx bukanlah membuat suatu konstruksi masyarakat
dalam suatu sistem yang selesai bentuknya, melainkan menyelidiki suatu
perkembangan sejarah yang melahirkan dua kelas yang bertentangan, dan kemudian
mempelajari betapa berpengaruhnya faktor-faktor kelas tersebut terhadap kondisi
ekonomi masyarakat yang akan melenyapkan pertentangan tersebut.
Pendapat Marx diatas dikuatkan oleh Engels dalam bukunya “Perkembangan
Sosialisme dari Utopia sampai ke Ilmu.”Ajarannya
adalah bahwa komunisme merupakan ajaran tentang syarat-syarat yang mesti
dipenuhi untuk mencapai kemerdekaan kaum buruh. Dalam menyusun teori mengenai
perkembangan masyarakat, Marx sangat tertarik oleh gagasan filsuf Jerman George
Hegel mengenai dialektika karena di dalamnya terdapat unsur kemajuan melalui
konflik dan pertentangan. Dan unsur inillah yang dia perlukan menyusun teorinya
mengenai perkembangan masyarakat melalui revolusi. Untuk melandasi teori
sosial, maka dia merumuskan terlebih dahulu teori mengenai materialisme
dialektik (dialectical materialism). Kemudian konsep-konsep itu dipakainya
untuk menganalisa sejarah perkembangan masyarakat yang dinamakannya
materialisme historis (historical materialism). Dan karena materi oleh Marx
diartikan sebagai keadaan ekonomi, maka teori marx juga sering disebut ’analisa
ekonomis terhadap sejarah’. Dalam menjelaskan teorinya Marx menekankan bahwa
sejarah (yang dimaksud hanyalah sejarah Barat) menunjukkan bahwa masyarakat
zaman lampau telah berkembang menurut hukum-hukum dialektis yaitu maju melalui
pergolakan yang disebabkan oleh kontradiksi-kontradiksi intern melalui suatu
gerak spiral ke atas sampai menjadi masyarakat dimana Marx berada. Atas dasar
analisa terakhir ia sampai pada kesimpulan bahwa menurut hukum ilmiah dunia
kapitalis akan mengalami revolusi -yang disebutnya revolusi proletariat- yang
akan menghancurkan sendi-sendi masyarakat kapitalis tersebut, dan akan
meratakan jalan untuk timbulnya masyarakat komunis.
f.
Kegiatan dan Alienasi
Inti
seluruh teori Marx adalah proposisi bahwa kelangsungan hidup manusia serta
pemenuhan kebutuhannya tergantung pada kegiatan produktif di mana secara aktif
orang terlibat dalam mengubah lingkungan alamnya. Namun, kegiatan produktif itu
mempunyai akibat yang paradoks dan ironis, karena begitu individu mencurahkan
tenaga kreatifnya itu dalam kegiatan produktif , maka produk-produk kegiatan
ini memiliki sifat sebagai benda obyektif yang terlepas dari manusia yang
membuatnya. Tentang alienasi menurut Marx merupakan akibat dari hilangnya
kontrol individu atas kegiatan kreatifnya sendiri dan produksi yang
dihasilkannya. Pekerjaan dialami sebagai suatu keharusan untuk sekedar bertahan
hidup dan tidak sebagai alat bagi manusia untuk mengembangkan kemampuan
kreatifnya. Alienasi melekat dalam setiap sistem pembagian kerja dan pemilikan
pribadi, tetapi bentuknya yang paling ekstrem ada di dalam kapitalisme, dimana
mekanisme pasar yang impersonal itu, menurunkan kodrat manusia menjadi
komoditi, dilihat sebagai satu pernyataan hukum alam dan kebebasan manusia.
bentuk ekstrem alienasi itu merupakan akibt dari perampasan produk buruh oleh
majikan kapitalisnya.
Marx
menekankan bahwa alienasi kelihatannya benar-benar tidak dapat dielakkan dalam
pandangan mengenai kodrat manusia yang paradoks. Di satu pihak manusia
menuangkan potensi manusiawinya yang kreatif dalam kegiatannya, dilain pihak,
produk-produk kegiatan kreatifnya itu menjadi benda yang berada di luar kontrol
manusia yang menciptakannya yang menghambat kreativitas mereka selanjutnya. Bagi
Marx alienasi akan berakhir, bila manusia mampu untuk mengungkapkan secara utuh
dalam kegiatannya untuk mereka sendiri, sehingga ekspolitasi dan penindasan
tidak menjangkiti manusia lagi.
- KRITIK
TERHADAP KARL MARX
Ada
beberapa problem dari dalam teori Marx yang harus didiskusikan, pertama problem
yang secara aktual terdapat dalam komunisme. Kegagalan
masyarakat-masyarakat komunis dan
perubahanya menjadi ekonomi yang lebih berorientasi kapitalistis memaksa kita
mempersoalkan apakah makna semua ini bagi peran teori Marxian. Ide-ide Marx kelihatanya telah diuji dan
ternyata gagal. Problem kedua yang sering dikemukakan adalah tidak adanya
subjek emansipatoris. Inilah ide baru teori Marx menempatkan proletariat di
jantung perubahan sosial yang akan menggiring kepada komunisme, namun pada kenyataanya, proletariat jarang
memperoleh posisi ini dan sering termasuk ke dalam kelompok-kelompok yang
menentang komunisme.
Problem
ketiga adalah hilangnya dimensi gender. Salah satu poin utama teori Marx adalah
bahwa kerja menjadi sebuah komodias di bawah kapitalisme, sementara pada fakta
historisnya ini lebih sedikit terjadi pada wanita ketimbang laki-laki. Untuk tingkat yang lebih luas, kerja
laki-laki yang di upah tergantung pada kerja wanita yang tidak di upah, sebab
pertumbuhan tenaga kerja tergantung kerja wanita yang tidak di upah. Problem ke
empat adalah bahwa Marx melihat ekonomi sebagai sesuatu yang dikendarai oleh
produksi dan mengabaikan aturankonsumsi.
Fokusnya pada produksi menggiringinya untuk mempredisikan bahwa
masalah-masalah efisiensi dan pemotongan upah akan menggiring pada ploterarianisasi,
peningkatan alienisasi dan semakin meruncingya konflik kelas. Terakhir,
sebagian mengaggap Marx tidak kritis dalam menerima konsepsi kemajuan barat
sebagai sebuah problem, Marx percaya bahwa mesin sejarah adalah manusia yang
selau menigkatkan eksploitasi terhadap alam demi kebutuhan-kebutuhan
materialnya. Di samping itu Marx yakin
bahwa hakikat manusia adalah kemampuannya untuk mengelola alam demi mencapai
tujuan-tujuanya. Asumsi inilah yang
barangkali jadi penyebab banyaknya krisis lingkungan saat ini dan dimasa
datang.
- KESIMPULAN
Marx
menghadirkan suatu analisis yang kompleks dan masih relevan tentang dasar-dasar
historis ketidaksetaraan di dalam kapitalisme dan bagaimana cara mengubahnya. Walaupun
teori-teorinya terbuka untuk berbagai interpretasi, namun kita tidak mencoba
untuk menghadirkan interpretasi tentangnya yang membuat teori-teorinya
konsisten dengan studi-studi historis aktualnya. Marx percaya bahwa masyarakat
terbentuk di sekeliling kontradiksi-kontadiksi yang hanya bisa di selesaikan
melauli perubahan sosial yang aktual. Salah satu kontradiksi mendasar yang di
lihat Marx adalah antara sifat dasar manusia dan syarat-syarat kerja di dalam
kapitalisme. Bagi Marx sifat dasar manusaia dikaitkan dengan kerja yang
mengekspresikan dan mentranfomasikan hakikat kita. Dibawah kapitelisme, kerja kita kita dijual sebagai komoditas, dan
hal lain menyebabkan kita teraliensi dari aktivitas produktif kita. Tujuan-tujuan
yang kita buat, rekan-rekan kerja kita, dan bahkan diri kita sendiri.
Analisis
Marx terhadap masyarakat kapitalis, kita mulai dengan konsep sentral tentang
komoditas-komoditas, kemudian melihat kontradiksi antara nilai-guna komoditas
tersebut dan nilai-tukarnya. Di dalam
kapitalisme, nilai komoditas tukar cenderung melebihi penggunaanya yang aktual
di dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia, oleh karena itu,
komoditas-komoditas mulai tampak terpisah dari kerja manusia dan kebutuhan
manusia dan pada akhirnya tampak menjadi berkuasa atas manusia. Marx menyebut hal ini dengan fetisisme
komoditas. Fetisisme ini merupakan suatu bentuk reifikasi, dan pengaruhnya
lebih dari sekedar terhadap komoditas-komoditas: secara khusus, mempengaruhi
sistem ekonomi yang mulai terlihat seperti kekuatan objektif dan nonpolitis
yang menentukan kehidupan manusia. Karena refikasi ini, kita tidak melihat
bahwa ide kapital memuat suatu relasi sosial yang kontadiktif antara
orang-orang yang mengambil keuntungan dari investasi-investasi dan orang-orang
yang bekerja menyediakan nilai-surplus yang membentuk keuntungan. Marx percaya
kalau kapitalisme adalah sesuatu yang baik dan bahwa kritik pedasnya terhadap
kapitalisme adalah sesuatu yang baik dari sudut kemungkinannya dimasa yang akan
datang.
Marx
merasa mampu memperkirakan nasib kapitalisme dimasa depan karena dia
berpegangan pada pemahaman materialisme historisnya. Dengan fokus pada kekuatan
produksi, Marx mampu memperkirakan tren sejarah yang memungkinkanya menentukan
di titik-titik mana saja aksi-aksi politik dapat efektif. Aksi dan refolusi politik sangat diperlukan
karena relasi produksi dan ideologi menentukan perkembangan kekuatan-kekuatan
produksi. Dalam pandangan Marx perubahan-perubahan ini akhirnya akan melahirkan
masyarakat komunis.
- TEORI
PERUBAHAN SOSIAL KARL MARX DAN MAX WEBER
Teori
perubahan sosial dan budaya Karl Marx yang merumuskan bahwa perubahan sosial
dan budaya sebagai produk dari sebuah produksi (materialism), sedangkan Max
weber lebih pada sistem gagasan, sistem pengetahuan, sistem kepercayaan yang
justru menjadi sebab perubahan. Jika dua pandangan itu digunakan sebagai asas dalam
pengembangan program Pendidikan Nonformal, akan memberikan dampak untung dan
rugi, secara literature hal tersebut disebabkan oleh :
1. Status
yang diperoleh adalah status yang diberikan kepada individu tanpa memandang
kemampuan atau perbedaan antar individu yang dibawa sejak lahir. Sedangkan
status yang diraih didefinisikan sebagai status yang memerlukan kualitas
tertentu. Status seperti ini tidak diberikan pada individu sejak ia lahir,
melainkan harus diraih melalui persaingan atau usaha pribadi.
2. Social
inequality merupakan konsep dasar yang menyusun pembagian suatu struktur sosial
menjadi beberapa bagian atau lapisan yang saling berkait. Konsep ini memberikan
gambaran bahwa dalam suatu struktur sosial ada ketidaksamaan posisi sosial
antar individu di dalamnya. Terdapat tiga dimensi dimana suatu masyarakat
terbagi dalam suatu susunan atau stratifikasi, yaitu kelas, status dan
kekuasaan. Konsep kelas, status dan kekuasaan merupakan pandangan yang
disampaikan oleh Max Weber (Beteille, 1970).
3. Kelas
dalam pandangan Weber merupakan sekelompok orang yang menempati kedudukan yang
sama dalam proses produksi, distribusi maupun perdagangan. Pandangan Weber
melengkapi pandangan Marx yang menyatakan kelas hanya didasarkan pada
penguasaan modal, namun juga meliputi kesempatan dalam meraih keuntungan dalam
pasar komoditas dan tenaga kerja. Keduanya menyatakan kelas sebagai kedudukan
seseorang dalam hierarkhi ekonomi. Sedangkan status oleh Weber lebih ditekankan
pada gaya hidup atau pola konsumsi. Namun demikian status juga dipengaruhi oleh
banyak faktor, seperti ras, usia dan agama (Beteille, 1970).
4. Teori
inkonsistensi status telah mencoba menelaah tentang adanya inkonsistensi dalam
individu sebagai akibat berbagai status yang diperolehnya. Konsep ini
memberikan gambaran bagaimana tentang proses kemunculan kelas-kelas baru dalam
masyarakat sehingga menimbulkan perubahan stratifikasi sosial yang tentu saja
mempengaruhi struktur sosial yang telah ada. Apabila dilihat lebih jauh,
kemunculan kelas baru ini akan menyebabkan semakin ketatnya kompetisi antar
individu dalam masyarakat baik dalam perebutan kekuasaan atau upaya
melanggengkan status yang telah diraih. Fenomena kompetisi dan konflik yang
muncul dapat dipahami sebagai sebuah mekanisme interaksional yang memunculkan
perubahan sosial dalam masyarakat.
Max
Weber (1864-1920), pemikir sosial Jerman, mungkin adalah orang yang di zamannya
paling merasa tertantang oleh determinisme ekonomi Marx yang memandang segala
sesuatu dari sisi politik ekonomi. Berbeda dengan Marx, Weber dalam
karya-karyanya menyentuh secara luas ekonomi, sosiologi, politik, dan sejarah
teori sosial. Weber menggabungkan berbagai spektrum daerah penelitiannya
tersebut untuk membuktikan bahwa sebab-akibat dalam sejarah tak selamanya
didasarkan atas motif-motif ekonomi belaka. Weber berhasil menunjukkan bahwa
ide-ide religius dan etis justru memiliki pengaruh yang sangat besar dalam
proses pematangan kapitalisme di tengah masyarakat Eropa, sementara kapitalisme
agak sulit mematangkan diri di dunia bagian timur oleh karena perbedaan religi
dan filosofi hidup dengan yang di barat lebih dari pada sekadar faktor-faktor
kegelisahan ekonomi atas penguasaan modal sekelompok orang yang lebih kaya.
Kegelisahan teoretis yang sama, bahwa marxisme klasik terlalu naif dengan mendasarkan
segala motif tindakan atas kelas-kelas ekonomi memiliki dampak besar yang
melahirkan teori kritis dan marxisme baru. Aliran ini dikenal sebagai Mazhab
Frankfurt, sebuah kumpulan teori sosial yang dikembangkan di Institute for
Social Research, yang didirikan di Frankfurt, Jerman pada tahun 1923. Mazhab
ini terinspirasi dari pandangan-pandangan Marx, namun tidak lagi menjelaskan
dominasi atas dasar perbedaan kelas ekonomi semata, melainkan atas otoritas
penguasa yang menghalangi kebebasan manusia. Jika fokus marxisme klasik adalah
struktur ekonomi politik, maka marxisme baru bersandar pada budaya dan
ideologi. Kritisismenya terasa pada kritik-kritik yang dilontarkan atas
ideologi-ideologi yang bersandar pada pendekatan psikolog klasik Austria, psikoanalisisme
Sigmund Freud (1856-1939); tentang kesadaran, cara berfikir, penjajahan budaya,
dan keinginan untuk membebaskan masyarakat dari kebohongan publik atas
produk-produk budaya. Dalam sosiologi, teori konflik berdasar pada asumsi dasar
bahwa masyarakat atau organisasi berfungsi sedemikian di mana individu dan
kelompoknya berjuang untuk memaksimumkan keuntungan yang diperolehnya; secara
tak langsung dan tak mungkin dihindari adalah perubahan sosial yang besar
seperti revolusi dan perubahan tatanan politik. Teori konflik ini secara umum
berusaha memberikan kritiknya pada fungsionalisme yang meyakini bahwa
masyarakat dan organisasi memainkan peran masing-masing sedemikian seperti
halnya organ-organ dalam tubuh makhluk hidup. Ringkasnya, ada sedikitnya empat
hal yang penting dalam memahami teori konfilk sosial, antara lain:
1. Kompetisi
(atas kelangkaan sumber daya seperti makanan, kesenangan, partner seksual, dan
sebagainya. Yang menjadi dasar interaksi manusia bukanlah KONSENSUS seperi yang
ditawarkan fungsionalisme, namun lebih kepada KOMPETISI.
2. Ketaksamaan
struktural. Ketaksamaan dalam hal kuasa, perolehan yang ada dalam struktur
sosial.
3. Individu
dan kelompok yang ingin mendapatkan keuntungan dan berjuang untuk mencapai
revolusi.
4. Perubahan
sosial terjadi sebagai hasil dari konflik antara keinginan (interes) yang
saling berkompetisi dan bukan sekadar adaptasi. Perubahan sosial sering terjadi
secara cepat dan revolusioner daripada evolusioner.
No comments:
Write comments