A. Pengertian Pembelajaran Inquiry
Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau
terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan
melakukan penyelidikan. Ia menambahkan bahwa pembelajaran inkuiri ini bertujuan
untuk memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan
intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir
reflektif. Jika berpikir menjadi tujuan utama dari pendidikan, maka harus
ditemukan cara-cara untuk membantu individu untuk membangun kemampuan itu.
Selanjutnya Sanjaya (2008;196) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang
menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri. Pertama, strategi
inkuiri menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan,
artinya pendekatan inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam
proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran
melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan
sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Kedua, seluruh aktivitas
yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu
yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self
belief). Artinya dalam pendekatan inkuiri menempatkan guru bukan sebagai
sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
Aktvitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru
dan siswa, sehingga kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan
syarat utama dalam melakukan inkuiri. Ketiga, tujuan dari penggunaan
strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan intelektual
sebagai bagian dari proses mental, akibatnya dalam pembelajaran inkuiri siswa
tidak hanya dituntut agar menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka
dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.
Salah satu model pembelajaran yang menjadi andalan dalam pembelajaran sain
adalah inquri. Pembelajaran berbasis inquiri (inquiry-base instruction) adalah
pembelajaran yang menggunakan langkah-langkah ilmiah sebagai skenario
pembelajaran. Dalam model pembelajaran ini menguasai konsep pengetahuan melalui
upaya menjawab pertanyaan melalui. Upaya dilakukan melalui proses eksplorasi,
pengolahan data dan menyusun kesimpulan.
Inquiri (Inquiry) didefinisikan sebagai sebuah pencarian kebenaran, informasi/
pengetahuan, atau pencarian informasi dengan cara mempertanyakan dan melakukan
upaya menjawab pertanyaan dimaksud. Alfred Novak (Haury, 1993) mendefinikan
bahwa inquiry merupakan usaha manusia untuk menjelaskan secara rasional
fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu. Dengan kata lain, inquiry
berkaitan dengan aktivitas dan keterampilan aktif pencarian pengetahuan untuk
memuaskan rasa ingin tahu (Haury, 1993).
Pada dasarnya iquiri adalah perilaku yang melekat erat pada sifat
manusia. Setiap orang melakukan proses inquiri sejak ia lahir sampai meninggal.
Hal itu sangat nyata meskipun tidak menyadarinya. Seorang bayi misalnya, melakukan
inquiri ketika mengenali wajah yang mendekat, memegang objek, meletakkan benda
di mulut, dan menoleh kea rah suara. Demikian juga pada anak-anak. Dalam
benak mereka selalu timbul pertanyaan dan diikuti oleh upaya untuk menjawabnya.
Ketika seorang anak umur 4 tahun melihat sebuah mainan maka ia ingin sekali
mengetahui seperti apa mainan tersebut dan selalu ingin membongkarnya sebagai
upaya mengetahuinya. Tidak heran kalau pada usia tersbut mainan jarang awet.
Seiring meningkatnya usia anak, semakin banyak pula pertanyaan mengenai
fenomena yang ditemui dalam keseharian. Sayangnya ketika anak tumbuh lebih
besar upaya untuk menjawab pertanyaan terhambat dengan kekhawatiran dan
keterbatasan. Ketika seorang siswa usia 12 tahun ingin tahu mengapa telivisi
dapat menayangkan gambar hidup, mereka terbentur oleh keterbatasan kemampuan
dan sarana untuk mengetahuimnya. Ketika hal ini sering terjadi maka kemampuan
melakukan inquiri pada anak-anak kurang berkembang hingga dewasa. Dengan alas
an itulah maka inquiri harus dijadikan model utama khususnya dalam pemblajaran
sain.
Melalui model inquiri siswa dilatih untuk menerapkan proses ilmiah. Mereka
harus mengambil kesimpulan sendiri berdasarkan hasil olah data yang
diperolehnya. Dalam model ini siswa dilatih untuk memahami sesuatu secara
mendalam dengan cara menemukannya sendiri. Dengn menemukan sendiri siswa tidak
sekedar belajar untuk mengingat melainkan memahaminya.
Menurut National Science Education Standards (Sebuah Standar Pendidikan Sain di
Amerika) inquiry instruction adalah sebuah pembelajaran yang melibatkan siswa
dalam sebuah kegiatan mempertanyakan, analisis data, dan berpikir kritis. Dalam
sebuah dokumen disubutkan: "Students at all grade levels and in
every domain of science should have the opportunity to use scientific inquiry
and develop the ability to think and act in ways associated with inquiry,
including asking questions, planning and conducting investigations, using
appropriate tools and techniques to gather data, thinking critically and
logically about relationships between evidence and explanations, constructing
and analyzing alternative explanations, and communicating scientific
arguments" (NRC 1996, p. 105). Dalam dokumen tersebut ditegaskan bahwa
dalam pembelajaran inquiri siswa semua tingkatan mendapatkan kesempatan untuk
berlatih penelitian untuk mengembangkan kemempauan berpikir dan berperilaku
ilmiah termasuk didalamnya mengajukan pertanyaan, merencanakan dan melakukan
penelitian, menggunakan alat dan teknik pengumpul data, berpikir kritis,
berpikir logis mengenai hubungan antar bukti dan penejelasan, membangun dan
menganalisis penjelasan serta mengkomunikasikan argumen secara ilmiah.
Model pembelajaran Inquiri merupakan sebuah kegiatan belajar dimana siswa
menjawab pertanyaan penelitian melalui metode ilmiah. Kegiatan inquiri yang
paling otentik adalah ketika isiswa menjawab pertanyaan yang diajukan sendiri
melalui analisis data yang dikumpulkannya sendiri secara independent. Meskipun
begitu masih tergolong inquiri ketika kegiatan berbentuk menjawab pertanyaan
dan mengloha data yang telah tersedia, sepanjang siswa tetap melakukan analisis
dan merumuskan kesimpulan secara mandiri. Jadi cirri utama pembelajaran inquiri
adalah pada kegiatan analisis data yang diperoleh melalui kegiatan esplorasi.
B. Ciri model pembelajaran inquiri
Model inquiri mengarah ke pembelajaran yang menggunakan materi ajar sebagai
sebuah kendaraan untuk membangun kemampuan ilmiah. Model inquiri bersifat
student centered dan guru bertindak sebagai fasilitator belajar. Model ini
menekankan kepada how we come to know (bagaimana cara mengetahuinya); bukan
kepada what we know (apa yang harus diketahui). Dalam model ini siswa terlibat
dalam mengkonstruksi pengetahuan melalui keterlibatan dalam belajar.
Randy L. Bell, Lara Smetana dan Ian Binns (Haury, 1993), menegaskan bahwa
pertanyaan petama yang harus diajukan untuk menentukan bahwa sebuah
pembelajaran dapat digolongkan inquiri atau tidak adalah: Apakah siswa menjawab
pertanyaan penelitian melalui proses analisis data? Kalau jawabannya “ya”
berarti kegiatan dapat digolongkan pembelajaran berbasis inquiri. Kalau tidak
maka belum dapat digolongkan pembelajaran berbasis inquiri. Pembelajaran dalam
bentuk kegiatan penelitian yang hanya berbentuk kajian pustaka atau brosing
informasi melalui internet belum dapat dikatakan pembelajaran berbasisi
inquiri. Dalam pembelajaran tersebut siswa hanya mengumpulkan informasi namun
tidak melakukan analisis data untuk menjawab pertanyaan yang diajukan.
Perbedaan penting antara model pembelajaran inquiri dengan yang lainnya antara
lain, pada model pembelajaran lain lebih cenderung kepada learning about things
(belajar tentang sesutu); sedangkan pada model pembelajaran inquiri
pembelajaran cenderung kearah learning things (mempelajari sesutu). Cara lain
untuk membedakan keduanya adalah melalui kalimat thinking what (berpikir
apa) sebagai kebalikan dari thinking how (berpikir bagaimana).
Pembelajaran Inkuiri cenderung pada thinking how.
Beberapa
ciri dari model pembelajaran inquiri dapat dilihat dalam rincian berikut:
a.
Siswa berpandangan bahwa dirinya sebagai pemelajar . Mereka menampakkan sikap
semangat, berupaya untuk bekerja sama baik dengan guru maupun dengan teman, lebih
percaya diri dalam belajar, menampakkan kehendak untuk memperbaharui ide dan
berani mengambil risiko dan selalu skeptis.
b.
Siswa selalu menerima inovasi dalam belajar dan memiliki keinginan untuk selalu
terlibat dalam proses esplorasi. Siswa selalu bergerak, menggunakan bahan dan
materi yang tersedia, selalu berdialog dengan orang lain, serta selalu mencoba
ide berbeda.
c.
Siswa mengajukan pertanyaan, mengusulkan penjelasan dan menggunakan teknik
pengamatan kritis untuk mengumpulkan fakta, menyambungkan ide satu dengan
lainnya.
d.
Siswa merancang rencana dan melaksanakan kegiatan belajar. Mereka merancang
prosedur untuk menguji ide dengan cara menggunakan bahan-bahan, mengobservasi,
mengumpulkan data, mengolah data, memutuskan mana yang penting dan mana yang
tidak, melihat persamaan dan perbedaan dan menyusun kesimpulan.
e.
Siswa berkomunikasi menggunakan berbagai metode. Mereka menyatakan ide malalui
berbagai cara termasuk jurnal, gambar, laporan, gerafik dan lainnya. Mereka
mendengarkan, berbicara dan menuliskan ppeoses dan hasil belajar dengan orang
tua, guru, taman dan menggunakan bahasa yang sesuai dengan disiplin ilmu
yang dipelajari.
f.
Siswa mengkritisi cara belajar dengan cara mengenali dan mendiskusikan kekuatan
dan kekurangn serta melakukan refleksi bersama guru dan teman.
C. Jenis Inquiri
Menurut Herron (1971), ada empat tingkatan inquiri.
Tingkatan ini didasarkan kepada intensitas belajar yang dialami oleh siswa.
Keepat tingkatan dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Confirmation/Verification
– siswa menegaskan prinsip melalui kegiatan yang telah ditentukan.
Tingkatan ini dilakukan ketika prinsip yang harus dipelajari akan dilanjutkan
kemudian di tingkat berikutnya.
b. Structured
Inquiry – siswa melakukan penelitian menggunakan prosedur yang
ditentukan guru untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah disediakan.
c. Guided
Inquiry - siswa melakukan penelitian menggunakan prosedur yang dirancang
sendiri untuk menjawab pertanyaan yang telah disediakan guru.
d. Open
Inquiry – siswa merumuskan sendiri pertanyaan penelitian dan
merancang proseduru sendiri untuk menjawabnya.
Penjelasan di atas dapat dinyatakan dalam tabel What
is given to the learner sebagai berikut:
Tingkat Inquiri
|
Pertanyaan
|
Prosedur
|
Hasil
|
0
|
X
|
X
|
x
|
1
|
X
|
X
|
-
|
2
|
X
|
-
|
-
|
3
|
-
|
-
|
-
|
D. Langkah
Sanjaya (2008:202) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Orientasi
Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini
adalah:
a.
Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh
siswa
b.
Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai
tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap
langkah, mulai dari langkah merumuskan merumuskan masalah sampai dengan
merumuskan kesimpulan
c.
Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam
rangka memberikan motivasi belajar siswa.
2. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan
yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang
menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah
tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat.
Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri,
oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang
sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.
3. Merumuskan
hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji.
Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara
yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis)
pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat
mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan
berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
4. Mengumpulkan
data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan
untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan
data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan
intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat
dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan
potensi berpikirnya.
5. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai
dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji
hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya,
kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan
tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
6. Merumuskan
kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh
berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat
sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
Alasan rasional penggunaan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri adalah bahwa
siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai matematika dan akan
lebih tertarik terhadap matematika jika mereka dilibatkan secara aktif dalam
“melakukan” penyelidikan. Investigasi yang dilakukan
oleh siswa merupakan tulang punggung pembelajaran dengan pendekatan inkuiri.
Investigasi ini difokuskan untuk memahami konsep-konsep matematika dan
meningkatkan keterampilan proses berpikir ilmiah siswa. Sehingga diyakini bahwa
pemahaman konsep merupakan hasil dari proses berpikir ilmiah tersebut.
Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri yang mensyaratkan keterlibatan
aktif siswa diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar dan sikap anak
terhadap pelajaran matematika, khususnya kemampuan pemahaman dan komunikasi
matematis siswa. Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri merupakan
pendekatan pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir
ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih
banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah.
Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar, peranan guru dalam
pembelajaran dengan pendekatan inkuiri adalah sebagai pembimbing dan
fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada
kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan
dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber
belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan
guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam
pemecahan masalah harus dikurangi.
Dalam mengembangkan sikap inkuiri di kelas, guru mempunyai peranan sebagai
konselor, konsultan dan teman yang kritis. Guru harus dapat membimbing dan merefleksikan
pengalaman kelompok melalui tiga tahap: (1) Tahap problem solving atau tugas;
(2) Tahap pengelolaan kelompok; (3) Tahap pemahaman secara individual, dan pada
saat yang sama guru sebagai instruktur harus dapat memberikan kemudahan bagi
kerja kelompok, melakukan intervensi dalam kelompok dan mengelola kegiatan
pengajaran.
E. Macam-macam Pendekatan inkuiri
Pendekatan inkuiri terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya intervensi
guru terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru kepada
siswanya. Ketiga jenis pendekatan inkuiri tersebut adalah:
1. Inkuiri
Terbimbing (guided inquiry approach)
Pendekatan inkuiri terbimbing yaitu pendekatan inkuiri dimana guru membimbing
siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada
suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan
tahap-tahap pemecahannya. Pendekatan inkuiri terbimbing ini digunakan bagi
siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Dengan
pendekatan ini siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari
guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Pada pendekatan ini
siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik
melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan
masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.
Pada dasarnya siswa selama proses belajar berlangsung akan memperoleh pedoman
sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap awal, guru banyak memberikan
bimbingan, kemudian pada tahap-tahap berikutnya, bimbingan tersebut dikurangi,
sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri secara mandiri. Bimbingan yang
diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multi arah yang dapat
menggiring siswa agar dapat memahami konsep pelajaran matematika. Di samping
itu, bimbingan dapat pula diberikan melalui lembar kerja siswa yang
terstruktur. Selama berlangsungnya proses belajar guru harus memantau kelompok
diskusi siswa, sehingga guru dapat mengetahui dan memberikan petunjuk-petunjuk
dan scafolding yang diperlukan oleh siswa.
2. Inkuiri
Bebas (free inquiry approach).
Pada umumnya pendekatan ini digunakan bagi siswa yang telah berpengalaman
belajar dengan pendekatan inkuiri. Karena dalam pendekatan inkuiri bebas ini
menempatkan siswa seolah-olah bekerja seperti seorang ilmuwan. Siswa diberi
kebebasan menentukan permasalahan untuk diselidiki, menemukan dan menyelesaikan
masalah secara mandiri, merancang prosedur atau langkah-langkah yang
diperlukan.
Selama proses ini, bimbingan dari guru sangat sedikit diberikan atau bahkan
tidak diberikan sama sekali. Salah satu keuntungan belajar dengan metode ini
adalah adanya kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah open ended dan
mempunyai alternatif pemecahan masalah lebih dari satu cara, karena tergantung
bagaimana cara mereka mengkonstruksi jawabannya sendiri. Selain itu, ada
kemungkinan siswa menemukan cara dan solusi yang baru atau belum pernah
ditemukan oleh orang lain dari masalah yang diselidiki.
Sedangkan belajar dengan metode ini mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:
1) waktu yang diperlukan untuk menemukan sesuatu relatif lama sehingga melebihi
waktu yang sudah ditetapkan dalam kurikulum, 2) karena diberi kebebasan untuk
menentukan sendiri permasalahan yang diselidiki, ada kemungkinan topik yang
diplih oleh siswa di luar konteks yang ada dalam kurikulum, 3) ada kemungkinan
setiap kelompok atau individual mempunyai topik berbeda, sehingga guru akan membutuhkan
waktu yang lama untuk memeriksa hasil yang diperoleh siswa, 4) karena topik
yang diselidiki antara kelompok atau individual berbeda, ada kemungkinan
kelompok atau individual lainnya kurang memahami topik yang diselidiki oleh
kelompok atau individual tertentu, sehingga diskusi tidak berjalan sebagaimana
yang diharapkan.
3. Inkuiri
Bebas yang Dimodifikasikan ( modified free inquiry approach)
Pendekatan ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua pendekatan inkuiri
sebelumnya, yaitu: pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan inkuiri bebas.
Meskipun begitu permasalahan yang akan dijadikan topik untuk diselidiki tetap
diberikan atau mempedomani acuan kurikulum yang telah ada. Artinya, dalam
pendekatan ini siswa tidak dapat memilih atau menentukan masalah untuk
diselidiki secara sendiri, namun siswa yang belajar dengan pendekatan ini
menerima masalah dari gurunya untuk dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan.
Namun bimbingan yang diberikan lebih sedikit dari Inkuiri terbimbing dan tidak
terstruktur.
Dalam pendekatan inkuiri jenis ini guru membatasi memberi bimbingan, agar siswa
berupaya terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan agar siswa dapat
menemukan sendiri penyelesaiannya. Namun, apabila ada siswa yang tidak dapat
menyelesaikan permasalahannya, maka bimbingan dapat diberikan secara tidak
langsung dengan memberikan contoh-contoh yang relevan dengan permasalahan yang
dihadapi, atau melalui diskusi dengan siswa dalam kelompok lain.
Berdasarkan pengertian dan uraian dari ketiga jenis pembelajaran dengan
pendekatan inkuiri, penulis memilih Pendekatan Inkuiri Terbimbing yang akan
digunakan dalam penelitian ini. Pemilihan ini penulis lakukan dengan
pertimbangan bahwa penelitian yang akan dilakukan terhadap siswa kelas VII
Sekolah Menengah Pertama (SMP), dimana tingkat perkembangan kognitif siswa
masih pada tahap peralihan dari operasi konkrit ke operasi formal, dan siswa
masih belum berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri serta karena siswa
masih dalam taraf belajar proses ilmiah, sehingga penulis beranggapan
pendekatan inkuiri terbimbing lebih cocok untuk diterapkan.
Selain itu, penulis berpendapat bahwa pendekatan inkuiri bebas kurang sesuai
diterapkan dalam pembelajaran matematika, karena dalam proses pembelajaran
matematika topik yang diajarkan sudah ditetapkan dalam silabus kurikulum
matematika, sehingga siswa tidak perlu mencari atau menetapkan sendiri
permasalahan yang akan dipelajari.
F. Tujuan
Model Pembelajaran Inkuiri
Tujuan umum dari latihan model pembelajaran inkuiri adalah menolong siswa
mengembangkan disiplin intelektual dan ketrampilan yang dibutuhkan dengan
memberikan pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu
mereka. G. Prinsip-prinsip pembelajaran inkuiri
1. Berorientasi pada
Pengembangan Intelektual .
Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir.
2. Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan.
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan.
3. Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan strategi ini adalah guru sebagai “penanya”
Mengembangkan sikap kritis siswa dengan selalu mempertanyakan segala fenomena yang ada.
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan strategi ini adalah guru sebagai “penanya”
Mengembangkan sikap kritis siswa dengan selalu mempertanyakan segala fenomena yang ada.
4. Belajar untuk
Berpikir.
Belajar adalah proses berpikir yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak
secara optimal
5. Keterbukaan
Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. secara terbuka
Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. secara terbuka
H. Karakteristik Model Pembelajaran
Inkuiri
1. Koneksi
Proses
koneksi melalui : konsiliasai, pertanyaan, dan observasi
Siswa mampu
menghubungkan pengetahuan sains pribadi dengan konsep komunitas sains.
Dilakukan dengan diskusi bersama, eksplorasi fenomena
Guru
mendorong untuk mendiskusikan dan menjelaskan pemahaman mereka bagaimana suatu
fenomena bekerja, menggunakan contoh dari pengalaman pribadi, menemukan
hubungan dengan literature.
2. Desain
Proses
desain melalui prosedur materi.
Siswa
membuat perencanaan mengumpulkan data yang bermakana yang ditujukan pada
pertanyaan. Disini terjadi integrasi konsep sains dengan proses sains.
Guru
memantau ketepatan aktifitas siswa
3. Investigasi
Proses
melalui koleksi dan mempresentasikan data
Siswa dapat
membaca data secara akurat, mengorganisasi data dengan cara yang logis dan
bermakna, dan memperjelas hasil penyelidikan.
4. Membangun Pengetahuan
Proses
melalui reflektif – konstruksi – prediksi.
Konsep yang
dilakukan dengan eksperimen akan memberi arti yang lebih bermakna dan mampu
berfikir kritis. Ia harus menghubungkan antara interpretasi ilmiah yang
diterima.
Siswa dapat
mengaplikasikan pemahamannya pada situasi baru yang mengembangkan inferensi,
generalisasi, dan prediksi.
Guru
bertukar pendapatterhadap pemahaman siswa.
I. Keunggulan dan Kekurangan Model
Pembelajaran Inkuiri
1. Keungulan model
pembelajaran inkuiri
·
Produktif dalam berfikir kreatif
·
Siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi
·
Menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik
·
Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai gaya belajar.
·
Mampu melayani siswa diatas rata-rata
2. Kekurangan model
pembelajaran inkuiri
· Guru
dituntut untuk kreatif
·
Belajar mengajar dengan inkuiri memerlukan kecerdasan anak yang tinggi.
·
Inkuiri tidak cocok untuk diterapkan pada anak yang usianya terlalu muda,
misalnya SD.
·
Untuk mengimplementasikannya perlu waktu relative lama.
·
Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
·
Sulit merencanakan pembelajaran karena benturan kebiasaan.
·
Keberhasilan belajar ditentukan dalam menguasai materi sehingga tidak
semua guru mampu mengimplementasikannya.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.stkipsurya.ac.id/workshopsk/ausrhin-model-pembelajaran-discovery-penemuan/
http://hasbi-fairuz.blogspot.com/2012/01/model-pembelajaran-inquiri.html
No comments:
Write comments